 
	Candi Sojiwan terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Candi Sojiwan berada di kawasan Siva Plateau (Dataran tinggi Siwa), yaitu kawasan purbakala Prambanan di mana terdapat banyak sebaran candi Hindu dan Buddha dengan berbagai arsitektur yang khas, dan menjadi bukti tingginya toleransi beragama yang baik pada masa itu.
Menurut Jacques Dumarcay (2007) dalam bukunya yang membahas mengenai sejarah arsitektur candi Jawa Tengah membagi periodesasi pembangunan candi-candi di Jawa Tengah dalam 2 kelompok besar, yaitu Candi yang dibangun sebelum dan sesudah tahun 830 Masehi. Candi Sojiwan dimasukkan ke dalam kelompok candi yang dibangun sebelum 830 Masehi, berserta Candi Prambanan, Banyunibo, Borobudur, Bubrah, Dieng, Gebang, Ngawen, Gedong Songo, Kalasan, Lumbung, Mendut, Merak, Pawon, Ratu Boko, Sari, Selogriuo, dan Sewu.
Candi Sojiwan adalah Candi Buddha terbesar kelima di kawasan Jawa Tengah. Penelitian dan pemugaran candi ini telah dimulai sejak masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia, dan melalui perjalanan pemugaran yang sangat panjang (hampir 200 tahun) dan melibatkan banyak pihak.
Candi Sojiwan dikaitkan dengan Rakryan Sanjiwana yang disebut dalam prasasti Rukam yang berkerangka tahun 829 Saka (907 Masehi). Prasasti ini berisi penetapan Desa Rukam menjadi desa perdikan bagi Rakryan Sanjiwana.
Kompleks Candi Sojiwan terdiri atas dua gugusan, yaitu gugusan utara dan selatan. Gugusan candi selatan telah hilang dan kini menjadi tempat pemukiman penduduk. Yang tersisa sekarang hanyalan gugusan candi sebelah utara, yang terdiri atas satu candi induk dan candi perwara yang mengelilinginya.
Terdapat prasasti pendek yang ditemukan di dalam candi sojiwan yang sekarang mejadi koleksi Museum Nasional Jakarta. Tipe aksara prasasti pendek yang bertuliskan Sri Maharaja setipe dengan aksara yang dipahatkan pada prasasti – prasasti Plaosan, Prasasti Karangtengah yang berangka tahun 824 Masehi.
Pada bagian kaki Candi Plaosan terdapat 20 relief cerita Jataka, yaitu cerita binatang yang memuat ajaran moral.
Relief Jataka dan ceritanya :

Relief 1 : Seorang Prajurit & Pedagang
Relief ini bercerita mengenai solidaritas. Seorang punggawa raja memiliki 2 sahabat, seorang prajurit dan seorang saudagar. Prajurit selalu berusaha melindungi saudagar dan saudagar selalu siap menolong prajurit bila sedang mendapatkan kesulitan.
Punggawa raja ingin menguji persahabatan mereka dengan berpura-pura tengah mengalami masalah yang tidak terampuni oleh raja.
Prajurit segera bersiap dengan pedang di tangannya, dan saudagar bersiap membantu juga.
Relief 2 : Kura-kura bawel dan burung angsa
Hiduplah 3 teman baik, 2 ekor burung angsa dan seekor kura-kura bawel. Pada suatu musim kemarau panjang, mereka ingin pindah ke tempat yang baru. Karena kura-kura tidak dapat terbang, kedua ekor burung angsa ingin membantunya pindah. Mereka berunding cara untuk mengangkat kura-kura, akhirnya diputuskan untuk menggunakan sepotong kayu. Tetapi dengan syarat bahwa kura-kura bawel tersebut tidak boleh berbicara sepanjang perjalanan. Berkat rahang kura-kura yang kuat, kura-kura mengigit kayu tersebut dan kedua ujungnya digigit oleh angsa, akhirnya mereka bertiga dapat terbang ke angkasa.
Saat melewati sebuah desa, orang-orang mengangkat kepala dan memuji kepintaran kedua angsa tersebut. Kura-kura tidak menerima bahwa dirinya tidak dipuji, kemudian secara refleks mengomentari bahwa ini adalah idenya juga. Saat kura-kura bawel membuka mulutnya, seketika itu pula gigitannya lepas dan ia jatuh ke bawah dan tewas.

Relief 3 : Perlombaan antara Garuda dan Kura-kura
Kepandaian mengalahkan kekuatan, digambarkan dengan jelas di relief ini. Burung garuda yang gagah selalu memangsa kura-kura, sehingga pada suatu hari, raja kura-kura mengajak burung garuda bertanding. Pertandingan ini adalah pertandingan lari, bila burung garuda menang, maka ia boleh menghabiskan kura-kura sampai keturunannya. Tetapi, bila kura-kura yang menang, maka burung garuda harus berhenti memangsa mereka.
Pada saat pertandingan, Raja kura-kura memerintahkan semua kura-kura untuk membenamkan diri di dalam pasir di sepanjang garis pantai. Setiap garuda memanggil, maka selalu ada kura-kura yang menyahut di depannya. Sehingga di ujung pertandingan, kura-kura terlihat lebih dahulu daripada burung garuda.
Pertandingan ini dimenangkan oleh kura-kura.

Relief 4 : Kera yang cerdik dan buaya
Cerita ini diangkat dari Jataka. Suatu ketika di tepi Sungai Gangga, hiduplah sepasang buaya berseberangan dengan kawanan kera.
Istri buaya menderita sakit dan sangat ingin menyantap hati kera. Buaya menyeberangi sungai mengunjungi kera dan berkata, “Seumur hidupmu hanya menyantap buah-buah di pohon sebelah sini, buah di seberang sungai tempat tinggalku lebih lezat.” Kera mengatakan bahwa dia tidak bisa menyeberangi sungai.
Buaya menawarkan jasanya mengantarkan kera ke seberang sungai menuju tempat tinggalnya, dan kera setuju untuk duduk di atas punggung buaya.
Saat di tengah perjalanan, buaya mengutarakan maksud sesungguhnya, bahwa istrinya ingin menyantap hati kera. Kera sangat terkejut dan merasa ditipu.
Kera segera memutar akalnya, kemudian berkata kepada buaya,” Buaya, sayang sekali hati kera selalu ditinggal di dahan pohon, mari kita ambil sekarang untuk istrimu.”
Buaya mempercayainya dan segera mengantarkan kera kembali ke pohon asalnya. Setibanya di pohon, kera segera berlari menjauhi buaya, buaya segera menyadari bahwa dia ditipu oleh kera.

Relief 5 : Perkelahian Banteng dan Singa
Cerita ini diangkat dari Panchatatra jataka (Malyalam) yang bercerita mengenai usaha memisahkan persaudaraan. Seekor banteng bernama Sytrabah semula bersahabat dengan singa, tetapi karena termakan fitnah, mereka saling mencurigai dan terjadilah perkelahian di antara keduanya yang menyebabkan keduanya mati.

Relief 6 : Gajah dan Setangkai kayu
Seekor gajah tengah mengamuk di tengah musim panas, tanpa sengaja menarik dahan pohon tamala. Di atas dahan pohon tersebut terdapat sarang burung beo dan telur-telurnya. Telur-telur tersebut jatuh dan pecah. Burung beo sangat sedih dan bercerita kepada teman-temannya yaitu para burung, dan katak.
Tidak terima dengan prilaku gajah, mereka semua bersatu menyerang gajah hingga tewas. Pesan cerita ini adalah : Bila yang besar berlaku sewenang-wenang, binatang lain walaupun lebih kecil tetapi bila bersatu, dapat mengalahkan yang besar.

Relief 7 : Lelaki dan Seekor Singa
Relief ini menceritakan mimpi seorang mentri bernama Bhimaparakrama yang akan diserang oleh singa. Bhimaparakrama dengan sangat berani, bersiap melawan dengan pedang dan perisai. Melihat hal ini, singapun lari dikejar oleh Bhimaparakrama.

Relief 8 : Seorang Wanita dan Seekor Serigala
Alkisah seorang istri petani kaya yang sangat cantik, ia tidak bahagia dengan hidupnya. Suatu ketika ia berjalan-jalan dan bertemu dengan seorang penyamun licik yang memuji-muji kecantikannya. Istri petani termakan rayuan penyamun itu dan mengikuti saran penyamun untuk membawa semua harta petani ke pinggiran sungai.
Penyamun mengatur agar semua barang diseberangkan dulu ke seberang sungai, dan berjanji untuk menjemput istri petani, tetapi tidak dipenuhinya, penyamun membawa semua harta tersebut.
Kemudian lewatlah seekor serigala yang membawa sepotong daging di moncongnya, tetapi melihat banyak ikan berenang di sungai itu, serigala tergoda dan melepaskan daging di mulutnya, kemudian berusaha menggigit ikan di sungai.
Seekor burung gagak yang lewat, menyambar daging yang baru dilepaskan oleh serigala dan membawanya pergi. Serigala juga tidak bisa mendapatkan seekor ikanpun dari sungai.
Kisah ini menceritakan kemiripan istri petani dan serigala, di mana mereka melepaskan apa yang telah mereka miliki untuk meraih mimpi yang belum tentu terjadi.

Relief 9 : Pemburu dan Serigala
Di sebuah negri yang bernama Kalyanakataka, tinggallah seorang pemburu yang bernama Bhairawa. Suatu ketika ia berburu dan mendapatkan seekor kijang. Di tengah perjalanan ia menemukan seekor babi hutan yang sangat menakutkan. Segera ia memanah babi hutan tersebut, tetapi babi hutan tersebut belum tewas. Maka pemburu menurunkan pikulannya dan berkelahi dengan babi hutan hingga keduanya tewas.
Seekor serigala lapar lewat dan melihat mayat pemburu, babi hutan, dan kijang.
Serigala merasa sangat beruntung mendapatkan banyak makanan berlimpah. Karena merasa sangat lapar, serigala segera menyantap babi hutan, tetapi karena termakan busur panah di tubuh babi hutan, dan akhirnya tewas pula.

Relief 10 : Ketam Membalas Budi
Cerita ini diangkat dari cerita Panchatrantra, Brahmadatta.
Seorang pertapa menolong seekor ketam yang tengah sekarat di tengah kekeringan. Pertapa mengembalikan ketam tersebut ke tepi sungai, setelah itu pertapa beristirahat di bawah pohon. Setelah segar, ketam tersebut berenang lebih jauh dan bertemu dengan seekor burung angsa dan ular. Terjadi percakapan antara ular dan angsa, mereka ingin bekerja sama untuk menyantap pertapa. Mereka merencanakan, ular mematuk pertapa, kemudian angsa akan mendapatkan mata pertapa.
Ketam sangat terkejut dengan rencana mereka, kemudian ia berpikir, bila ia berpura-pura berteman dengan mereka, maka kemungkinan ia bisa mengelabuli ular dan angsa.
Ketam berkata pada ular dan angsa, “Teman-teman, bila ingin menyantap pertapa dengan lezat, maka kalian harus memanjangkan leher.”
Ular dan angsa mempercayai ketam, kemudian mereka memanjangkan leher mereka, segera ketam menjepit leher ular dan angsa sehingga keduanya tewas.

Relief 11 : Seekor Burung Berkepala Dua
Relief ini menceritakan kisah seekor burung berkepala dua bernama Bharanda.
Kepala atas selalu mendapatkan makanan yang segar dan lezat, sedangkan kepala bawah selalu mendapatkan sisa makanan di tanah. Kepala atas enggan berbagi makanan dengan kepala bawah dengan alasan makanan akan masuk ke perut yang sama.
Kepala bawah sangat jengkel dan memutuskan untuk makan makanan beracun di tanah. Ia tak peduli bahwa itu akan membahayakan jiwanya juga. Akhirnya Bhranda tewas.

Relief 12 : Bercerita

Relief 13 : Kambing dan Gajah
Relief ini menceritakan persahabatan antara seekor kambing dan seekor gajah.
Kambing kehilangan kelompok keluarganya, dan meminta tolong gajah untuk membantu mencarinya. Karena kambing kelelahan, gajah menggendong kambing di pundaknya.

Relief 14 : Manusia Berkepala Kera

Relief 15 : Lembu Jantan dan Serigala